10 Februari 2008

Pannampu 166 B

melewati jalan bebatuan berdebu.anakanak telanjang dada.raungan knalpot bersetubuh dengan asap. Gelak tawa di warung kopi.peluh.catur, domino dan rokok terselip disela bibir mereka mengingatkan aku kan kampung halamanku. aku ingat Ali selalu menutup hidungnya lantaran debu beterbangan seperti ribuan serbuk menyesakkan. setiap waktu pajak pembangunan datang mengetuk pintu dan kita hanya bisa melongo lalu sibuk dengan percakapan tak kunjung usai. bila hujan datang.puluhan kolam kecil tumbuh. Juga lumpur jadi lulur melewati jalan bebatuan berdebu.diperempatan langkahku henti.tiga puluh meter dari bola mataku gedung pemerintahan berdiri kokoh.sepi.mungkin lagi ada rapat atau mungkin ada lagi hanyut di kolamkolam spa.sauna.lulur dengan ramuan mewangi.esok berkoar tentang pembangunan.puluhan wartawan mengabadikan potretnya.lucu dan menggemaskan. Makassar, 2003

1 komentar:

fardi mengatakan...

ini blog tidak valid, tolong diperbaiki, kalo tdk bisa diurus di hapus aja

Design by Dzelque Blogger Templates 2007-2008