10 Februari 2008

KRONOLOGIS APRIL MAKASSAR BERDARAH 1996 AMARAH

Sejenak, mari memungut sejarah pedih satu demi satu kemudian menyusunnya tak menjadi menara gading. Amarah sudah berusia satu dasawarsa, tapi seolah-olah masih menjadi artefak di dinding-dinding penjara ketidak-adilan dan disulam menjadi tirai emas para tiran. 03 April 1996 Berawal dari kebijakan pemerintah dan keluarnya SK MENHUB tentang kenaikan tarif angkutan umum yang ditindak-lanjuti dengan SK walikota Makassar no: 900 tahun 1996 tentang penyesuaian tarif angkutan kota di kota Makassar. Kebijakan itu sangat memberatkan dan membuat semakin terpuruknya ekonomi masyarakat, maka dari inilah muncul geliat-geliat mahasiswa Makassar dalam merespon kebijakan pemerintah yang sangat tidak memihak masyarakat. Geliat-geliat ini akhirnya berakibat digelarnya aksi demonstrasi besar-beasaran oleh mahasiswa Makassar. Senin, 08 1996 Pukul 10.00 pagi Sekitar 200an mahasiswa yang tergabung dalam forum Pemuda Indonesia Merdeka (FPIM) menggelar mimbar bebas di kampus UMI dan kemudian menuju ke DPRD tingkat I Sul-Sel untuk mengajukan memorandum pencabutan SK maut dari Gubernur no: 93/96 dan walikota no: 900 tahun 1996. Senin, 22 1996 Pukul 10.00 pagi FPIM kembali menggelar mimbar bebas di kampus UMI Pukul 11.00 pagi Terjadi insiden kecil antara mahasiswa dan pegawai gubernuran di kantor gubernur. 8 orang utusan FPIM keluar dari gubernuran tanpa mendapat hasil apa-apa Pukul 12.00 siang Di jalan Urip Sumoharjo mahasiswa UMI melakukan aksi bakar ban. Selasa, 23 1996 Pukul 11.30 siang Mahasiswa UMI menggelar aksi spontan dengan menahan mobil damri di jalan Urip Sumoharjo sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah. Pukul 13.30 siang Aparat keamanan dari kepolisian datang dan segera membentuk pagar betis.kemudian terjadi dialog antara mahasiswa dan pihak kepolisian.

Tiba-tiba satu truk aparat keamanan dari Garnisun datang dan membentuk pagar betis di belakang aparat kepolisian dan mamaksa mahasiswa untuk mundur dan masuk kedalam kampus. Hal ini dimamfaatkan oleh pihak yang tak bertanggung jawab dan melakukan aksi pelemparan batu sehingga aparat keamanan merengsek dan menyerbu masuk ke dalam kampus sambil melakukan aksi pemukulan dan menembakkan gas air mata. Dan lebih tragisnya lagi, mereka melakukan penamparan dan mencaci-maki mahasiswi yang ada di depan Fak. Ekonomi. Mereka juga merusak berbagai fasilitas kampus serta ratusan kendaraan roda dua dan satu kendaraan roda empat. Batu melawan senjata, itulah gambaran perlawanan mahasiswa pada saat itu. Sekitar 20 orang mahasiswa ditangkap dan dipukuli sebelum diangkut. Pukul 16.00 sore Aparat keamanan mundur atas instruksi Kasdam VII Wirabuana Brigjen Pahrul Rosi dan mengadakan dialog dengan mahasiswa. Mahasiswa kemudian menuntut pembebasan mahasiswa yang ditangkap sampai pukul 19.00 malam tanpa syarat. Rabu, 24 April 1996 Pukul 10.00 pagi Mahasiswa kembali melanjutkan aksi di depan kampus dengan menahan sebuah mobil pengangkut sampah sebagai bentuk kemarahan dari aksi masuk kampus dari aparat keamanan. Pagi itu 2 orang anggota ABRI di hadang dan dipukuli oleh mahasiswa Pukul 13.25 siang Aparat keamanan dari kesatuan kavaleri tiba di depan pintu kampus lengkap dengan persenjataan dan tiga panser. Mereka kemudian masuk menyerang mahasiswa ke dalam kampus sementara mahasiswa mencoba menahan aparat masuk lebih jauh. Dalam suasana yang memanas, tiba-tiba ada yang melempar sebilah bambu yang berakibat masuknya aparat lebih dalam lagi. Pukul 14.00 siang Mahasiswa mengadakan rapat di auditorium Al-Jibra. Setelah itu sejumlah civitas akademika UMI melakukan dialog dengan aparat keamanan supaya membolehkan mahasiswa untuk pulang. Pukul 15.50 sore Aparat hanya mundur radius 3 meter di depan pintu kampus, bahkan mereka memukuli mahasiswa yang ingin pulang sehingga mereka lari dan kembali masuk kedalam kampus. Tidak hanya sampai di situ, mereka pun menyerang masuk dengan dua panser melalui pintu dua dan menembakkan gas air mata di halaman mesjid sehingga yang melaksanakan shalat Ashar harus lari karena tak sanggup menahan rasa pedih. Mahasiswa yang berada di pintu satu mencoba menahan aparat dengan cara melempari dengan batu, tetapi bala bantuan datang dan sebuah panser masuk bersama sejumlah aparat bersenjata lengkap dan memaksa mahasiswa untuk mundur. Mereka menembak para mahasiswa bukan denagn tembakan peringatan tapi menembak untuk membunuh mahasiswa. Mahasiswa terdesak dan sebagian menyelamatkan diri lari ke dalam laboratotium dan ratusan mahasiswa lari ke tepi sungai pampang. Aparat kemudian mengejar mahasiswa yang berada di tepi sungai pampang kemudian memukul dengan beringas. Sebagian mahasiswa mencoba menyelamatkan diri dengan cara menlompat ke sungai, tapi pada dasar sungai pampang terdapat Lumpur setinggi 1 meter dan kedalaman kurang lebih 4 meter dengan arus bawah yang deras. Mahasiswa yang berlindung di fakultas di tangkap, lalu dipukuli dan ada yang ditelanjangi (laki-laki). Masyarakat yang tidak tega melihat kekejaman ini mencoba memahan aparat, tetapi mereka pun dipukuli dan ditangkap. Pukul 17.40 sore Aparat meninggalkan lingkungan kampus dan berjaga-jaga di depan kampus. Pukul 18.00 sore Masyarakat memberitahu mahasiswa yang selamat bahwa ada mahasiswa yang terjun ke sungai dan tak muncul-muncul. Pukul 18.15 malam Seorang mahasiswa tanpa identitas ditemukan sekarat dan dibawa ke RS 45. kemudian seorang mahasiswa tak bernyawa di temukan dengan posisi kepala sampai pinggul terbenam di Lumpur. Dia… adalah Saipul Bya, mahasiswa fak. Teknik Arsitektur angk. 94 Pukul 18.30 Praktis aparat keamanan menguasai kampus 100%. Mereka memaksa mahasiswa meninggalkan kampus.mereka yang keluar kemudia di caci-maki dan dilempari dengan batu. Aparat bermalam di kampus. Kamis, 25 April 1996 Pukul 07.00 pagi Mahasiswa berusaha masuk ke kampus dengan segala cara karena diyakini masih ada korban yang belum ditemukan Pukul 08.15 pagi Mahasiswa dan masyarakat mencari korban dengan cara menyelam Pukul 09.00 Kembali seorang korban tak bernyawa di temukan dan ternyata dia adalah Andi Sultan Iskandar. Pukul 12.45 WITA.- Mayat disemayamkan di rumah sakit 45 dengan ambulance kecepatan lambat dan sekitar 100 mahasiswa berjalan kaki. Pukul 13.00 WITA. Masyarakat menemukan lagi M. Tasrif dengan luka dibagian muka dan badannya. Korban di semayamkan di Rumah Sakit 45 dan menuju kerumah duka. Melewati kantor gubernuran dan melakukan tindakan anarkis. Membakar tiga kendaraan aparat keamanan dan menggulingkan tiga tiang listrik. 26 april 1996 Pukul 6.00 Aparat keamanan menguasai kampus, mahasiswa tidak bisa masuk kampus tidak ada aktifitas perkuliahan. Identifikasi korban Syaiful bya, umur 21 tahun,mahasiswa teknik arsistektur umi 94 alamat, BTN paropo blok D 10/9 makassar meninggal disungai pampang, pada hari rabu 24 April 1996,. Pukul 18.15 malam dengan luka memar di bagian dada dan belakang seperti bekas pukulan. Di kebumikan, 25 april 1996 di gorontalo. Andi Sultan Iskandar umur 21 tahun, mahasiswa fakultas ekonomi akuntansi, angkatan 1994. Alamat jl. Sukariya 1 No.77 Makassar. Meninggal dengan luka pada dada bagian kiri bekas tusukan benda tajam. Wajah, jidat, kepala, dada dan punggung memar dan bengkak bekas pukulan benda keras.Jenasah dikebumikan di kuburan dadi Makassar pada hari jum’at 1996 pada pukul 13:00 WITA. Tasrif, umur 21 tahun, mahasiswa fakultas ekonomi studi pembangunan, angkatan 1994. Alamat Jl. Tidung VII/Stp VII/No. 55 Perumnas Makassar. Dianiaya oleh militer dengan benda keras dan dibunuh kemudian ditenggelamkan di sungai pampang. Mayatnya ditemukan dengan luka bekas tusukan benda tajam pada leher sebelah kanan, pada wajah dan tubuhnya terdapat luka memar dan bengkak

Selengkapnya.....

Naskah Peradaban Mimpi

Peradaban Mimpi Tema : ‘ Rakus’ Ide : para si perut buncit yang haus manari nari diatas pattapi simbol tempat sumber makanan, yang selalu berlindung para orang pemilik sepatu sepatu laras. Yang disekelilingnya tergeletak boneka boneka masa depan yang tertutup mulutnya., hingga pada satu saat mereka melepaskan penutup mulut mereka mulai berontak melawan para sepatu sepatu laras yang buta hingga akhirnya mereka menang dan pada saat merka meneror si prut buncit. siperut buncit kemudia membagikan beras berasnya dan seketika itu pula orang yang tadinya berontak saling berebut makanan saling bunuh saling menghancurkan antara satu dengan yang lainnya mengobarkan api api permusuhan yang pada akhirnya menghanguskan mereka semua. Siperut buncit menyaksikan dengan hati riang. Dan setelah mereka semua mati dia masuk menuju kearah penonton dan duduk diantara mereka sambil tertawa girang meneror mereka semua. Alur : 3 sosok yang mewakili rakyat tertindas meronta ronta sambil mengikat perut mereka yang menyimbolkan mereka hak hak mereka yang terenggut.

Mereka Saling berbicara satu dengan yang lainnya. Setelah itu masuklah sesosok mahluk berperut buncit yang berwajah seperti tikus dengan membawa pattapi diatas kepalanya yang penuh dengan nasi tumpeng dan ditangannnya dia merantai dua sosok. Salah satu sosok menampakkan wajah sangarnya yang selalu mnakut nakuti para rakyat tertindas tadi dengan menendang nendang mereka dengan sepatu larasnya dan yang satunya lagi berparas cantik yang memegang timbangan di tangan kanannya dan pedang ditangannya yang lain. Leher mereka dijerat oleh rantai besi yang menahan merea seakan memaksa mereka untuk mematuhi majikannya. Sebuah karpet merah digelar untuk menyambut kedatangn dari sosok si perut buncit untuk menuju kesebuah kursi yang empuk. Setelah dia duduk, si perut buncit kemudian tersenyum terkekeh kekeh melihat keadaan sekitarnya dan berkata “ selamat malam para penonton yang budiman, perkenalkan nama saya si perut buncit. Saya sangant senag bisa hadir disini malam ini guna mengajak kalian kalian semua untuk ikut bersama saya untuk merayakan terpilihnya saya sebagai ………“. Pada saaitu rakyat tertindas itu mulai membuku tutup utup mulut mereka dan mulai berontak mengancam si perut buncit. Si perut buncit kemudian melepaskan rantai rantainya untuk menekan perlawanan tersebut. Tetaoi para sosok sosok itu kemudian dikepung digrogoti sampai habis hingga hanya menyisakan tung belulang saja. Mereka menjadi marah dan menepung si perut buncit. Tapi setelah terkepung si perut buncit masih menyimpan satu senjata rahasia lagi yaitu peradaban mimpi. Dari segala sudut mereka dilaunkan dengan suara musik gembira yang memaksa mereka untuk berdansa dansa, menari, dan terlena dengan alunan mimpi mimpi yang diberikan sakan musik itu dapat menutupi segala kesengsaraan yang mereka derita seama ini. Dan seketika itu si perut buncit dengan asyiknya melahap nasi tumpengnya seakan merayakan kemenangannya. Setelah mereka lelah berpesta mereka kembali menjadi lapar dan saling berebut memakan sisa nasi tumpeng tersebut. Mereka saling berebut ingga akhirnya meeka saling mehujat, merampas, dan membunuh antara satu dengan yang lainnya. Si perut buncit kemudia tertwa lagi dan melihat kearah penonton dia masuk kearah penonton menggodanya dan membaur kemudia mengalunkan musik mimpi itu kepada mereka sambil tertwa terkekeh kekeh. Hi. Hi.hihi…….. Aku berada dalam diri kalian. Setting : - Kursi - Karpet merah - Nasi tumpeng - Timbangn - Pedang - Laras - Baju bodo - Settingan Panggung - Remote Control - Sapu lidi - Kain Warna Warni Tokoh : - 3 sosok Rakyat - perut buncit - sosok tentara - sosok dewi keadilan - cadangan Sinopsis : Warna Warna … pertarungan warna warna warna dimulai, pesta pesta topeng dimulai, tarian tarian elok menggiurkan menggoda sukma untuk ikut menari. Dalang dalang, aktor aktor, para pemain ingin ikut juga bermain, hadiahnya begitu menggoda. Begitu gemerlap begitu indah ahhhh aku muncul menyusup kesetiap dada manusia menggoda darah untuk mendapatkan hadiah itu. Tangan terkepal harus menang herus menang teriakku teriak.demokrasi…..teriak ……kesejahteraan…kemakmuran ….indah indah…begitu indah Adegan I: Selamat datang .selamat datang ..selamat datang, selamat datang disingasanaku, para perempuan perempuanku apa kabar gendermu.hi.hi. ap baik baik saja saya harap kami kaum superior tidak mengganggumu lagi tapi sekali kali berilah kami barang setets dua tetes air untuk memuaskan dahaga kami sekedar penghilang lelah dan menyagarkan kembali urat urat syaraf kami! Yahh itung itung amallah, selamat datang para pencari kebenaran…bagaimana sudah didapat? kalau belum yaaaah teruslah mencari mungkin dia ada disekitar sini… selamat datng oooh ohhh ohhh bego ..bego .. kaukah itu ha..ha..ha…kau datang juga sini sini masuk ambil tempat duduk yang paling depan biar kau bisa lihat hasil dari diskusi kita dihari hari yang lalu, wahhhhh wahhhh wahhh ada pak rektor… silahkan masuk pak ambil tempat duduk yang enak biar lebih enak nontonnya biar

Selengkapnya.....

Pannampu 166 B

melewati jalan bebatuan berdebu.anakanak telanjang dada.raungan knalpot bersetubuh dengan asap. Gelak tawa di warung kopi.peluh.catur, domino dan rokok terselip disela bibir mereka mengingatkan aku kan kampung halamanku. aku ingat Ali selalu menutup hidungnya lantaran debu beterbangan seperti ribuan serbuk menyesakkan. setiap waktu pajak pembangunan datang mengetuk pintu dan kita hanya bisa melongo lalu sibuk dengan percakapan tak kunjung usai. bila hujan datang.puluhan kolam kecil tumbuh. Juga lumpur jadi lulur melewati jalan bebatuan berdebu.diperempatan langkahku henti.tiga puluh meter dari bola mataku gedung pemerintahan berdiri kokoh.sepi.mungkin lagi ada rapat atau mungkin ada lagi hanyut di kolamkolam spa.sauna.lulur dengan ramuan mewangi.esok berkoar tentang pembangunan.puluhan wartawan mengabadikan potretnya.lucu dan menggemaskan. Makassar, 2003

Selengkapnya.....

LUKISAN INDONESIA

Jika kau bertanya berapa orang tuaku : Kujawab dua ; ayah ibu membimbingku dengan belaian cinta Jika kau bertanya berapa jalur kehidupan : Kujawab dua ; baik buruk kehidupan ada dalam diri sendiri Jika kau bertanya berapa bola mataku : Kujawab dua ; memandang penderitaan saudaraku sampai kapan kan berakhir Jika kau bertanya berapa kupingku : Kujawab dua ; mendengar rintihan jerit pilu saudaraku sampai kapan kan berakhir Jika kau bertanya berapa lubang hidungku : Kujawab dua ; mengendus endus polusi sampai kapan kan berakhir Jika kau bertanya berapa warna bendera Indonesia : Kujawab dua ; merah putih, masihkah peta kemiskinan ada di situ Jika kau bertanya berapa penduduk Indonesia : Kujawab dua ; penindas dan tertindas tumbuh bagai jamur disetiap musim Jika kau bertanya berapa mulutku : Kujawab satu : Negeri ini dibangun dengan darah, keringat dan air mata Mari menerobos bentengbenteng penindasan Kelak kutak pulang ke rumah, ibu ? Tanyakan pada ayah tuk menancapkan bendera merah putih di pusaraku Biar bisa kujumpa para pahlawan Indonesia Makassar, 2003

Selengkapnya.....

SKETSA DUKA

Ngokkkk…nnggookkk….. Hahahahaahahaaaaa……. Heheehehhheeeeeeeeeee……hmm haha… Duka itu masih ada di sini Doadoa mengalir di mulut sungai pampang, tanah makassar hingga sebutir debu dipelupuk mataku. Ngokkkk…nnggookkk….. Hahahahaahahaaaaa……. Heheehehhheeeeeeeeeee……hmm haha… Suara itu Tawa itu Madu beraroma empedu Kakatua, 2006 (mengenang april makassar berdarah 1996)

Selengkapnya.....

SYMPHONI AIR MATA

“ seandainya tak ada peluru, Mungkin tak kupahami arti perpisahan “ Bila kau tanya apa arti air mata yang mengalir dalam nadiku adalah beribu jarum yang menusuknusuk setiap lubang keringatku.bulu disekujur tubuhku menjelma padang mengerikan.tengadah memandang mayapada sembari bertanya pada Tuhan : “ kenapa habil hadir menjelma monster menakutkan. Guguran dedaunan, uap tanah juga darah tumpah di padang penindasan.lambaian ranting iringi duka luka. “ seandainya tak ada peluru, Mungkin tak kupahami arti perpisahan “ Sebab cinta tak ada lagi di sini.ibarat meniup permen karet,menggelembung lalu pecah di udara jadi serpihanserpihan.waktu bergerak mengisahkan sejarah

di setiap helai cerita - Entah di kenang entah tidak Saudaraku ! Pabila engkau masih bisa berjalan Mari bergandengan.segalanya belum usai Jangan bertanya tentang warna : hijau atau merah Sebab darah telah jadi air mata Kakatua, 2006 (mengenang april makassar berdarah 1996)

Selengkapnya.....

Surat buat kekasihku

Kekasihku sayang Ketika kau datang Orang-orang berterik diatas mimbar Suaranya parau memekikan telinga Tangannya terkepal keudara membelah langit Awanpun berkumpul menjadi Satu Rintik-rintik hujan ikut berbela sungkawa Kekasihku sayang Ketika engkau datang Orang-orang tertuduk haru Matanya merah menitikkan mata Airmatanya jatuh ketanah Bercampur debu menjelama menjadi mesiu Kekasih ku sayang Bila kau datang Pena kita masih berdiri tegak Diatas kain lusuh Membakar setiap jiwa Jiwa yang meledakan mesin Batok kepala mereka Kekasihku sayang Bila esok telah tiba Janganlah engkau menangis Karena rumah kita telah berubah jadi puing-puing Tiangnya lapuk dimakan rayap Bahkan……….

Penghuninya terjangkit virus yang sangat menyakitkan Mulutnya tiba-tiba mengering di musim hujan Matanya menjadi buta Telinganya tuli ditengah-tengah kegaduhan Tangan dan kakinya menjadi lumpuh Kekasihku sayang Saat ini aku hanya bisa mengirimkan doa Kado ulang tahun dariku Kekasihku sayang semoga kau tenang dia alam syurga

Selengkapnya.....

Teater Tangan

Dari Pertunjukan Teater Tangan UKM Seni UMI Mengenang 'Amarah' tanpa Rasa Marah Teater Tangan UKM Seni UMI Makassar mementaskan lakon "Mata Was-wasnAwas Mata"di Auditorium Al-Jibra Kampus II UMI.Lakon karya sutradara Ibrahim M ini merefleksikan tragedi Amarah 1996. Namun, kali ini sutradara mendekati peristiwa itu dengan gaya yang lebih santun. Seorang perempuan berpakaian hitam berdiri mematung di sudut panggung. Tangan kanannya mengenggam kipas berwarna merah, dan tangan kirinya memegang sebuah dacin timbangan. Dari arah belakang, muncul tiga orang yang juga berpakaian serba hitam. Ketiga orang ini memikul sebuah kerangka berbentuk bola mata raksasa sambil berjalan tertatih memutari panggung. Kemudian, dari arah kiri dan kanan panggung, muncul dua orang lagi dengan langkah kaki tegap dan mengentak. Kali ini, kedua orang bersepatu lars tersebut mengenakan pakaian bercorak loreng. Panggung pun lalu di penuhi dengan orang-orang dengan gerak masing-masing. Musik lalu bergemuruh, meningkahi situasi kacau yang mulai tampak mendominasi panggung.

Adegan tersebut tersuguh pada pertunjukan teater yang digelar oleh Teater Tangan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Jumat malam, 22 April. Pertunjukan teater yang memuncaki seluruh rangkaian acara 'Pagelaran Seni April Makassar Berdarah (Amarah)' bertema 'Detak 9 Koma', itu disaksikan oleh ratusan penonton. Kendati mencoba merefleksikan sebuah tragedi berdarah yang menelan korban jiwa, sutradara Ibrahim M tampak mendekati peristiwa itu dengan gaya yang tidak meledak-ledak. Dalam lakon berdurasi sekitar 20 menit itu, Ibrahim terlihat lebih memilih menawarkan sebuah ruang kontemplasi kepada penonton. "Kami ingin tragedi Amarah tidak sekadar sebuah peringatan rutin akan sebuah tragedi berdarah. Lebih dari itu, kami berharap peristiwa itu bisa menjadi spirit bagi kami dalam berkreativitas dan bergerak," jelas Ibrahim. Pertunjukan Teater Tangan yang minim dialog itu, memang tidak mengumbar kata-kata. Selain lebih banyak menggunakan gerak, para aktor tampak memilih berkomunikasi melalui simbol-simbol. Kerangka bola mata raksasa yang dipikul oleh aktor, setidaknya dimaknai sebagai sebuah upaya mengajak penonton untuk senantiasa memelihara sikap awas. Pendeknya, kenyataan dalam kehidupan sosial, seyogianya selalu dipandang secara riil, proporsional, dan tidak melulu mengedepankan emosi. Begitu pun dengan penggunaan properti berupa ban mobil, yang dalam salah satu adegan tampak di tarik dengan susah payah oleh aktor dari tiga arah berlawanan. Adegan ini seolah menegaskan tentang perlu terus dihidupkannya sikap kritis oleh siapa pun. Bahkan, kalau perlu, dengan jalan berunjuk rasa sekalipun. Belakangan ini, ban memang seolah menjadi properti wajib di hampir setiap aksi unjuk rasa yang dilakukan. Namun, kendati Ibrahim lebih memilih metode penyampaian yang persuasif dalam refleksinya di atas pentas, itu tidak berarti sama sekali tak ada sikap protes. Wujud protes Ibrahim itu bisa dilihat pada adegan ketika seorang aktor menerobos masuk ke tengah panggung, dengan terlebih dulu mengoyak sebuah tirai kertas yang menjuntai dari langit-langit panggung. Tirai itu terbuat dari kertas kombinasi warna merah dan putih. Sebuah penggunaan simbol yang cukup kuat untuk memunculkan sebuah pertanyaaan tentang identitas keindonesiaan kita hari ini. Pun 'Dewi Keadilan' yang malam itu ditampilkan dengan raut muka yang muram. Kali ini pedang sang dewi berganti menjadi kipas berwarna merah. Juga tak ada lagi kain penutup mata. Sebuah ungkapan keputusasaan akan realitas hukum Indonesia? Dalam konteks Amarah, tentu saja Ibrahim ingin menggugat peristiwa tahun 1996 yang dinilai belum terselesaikan secara adil itu. Karena berangkat dari latar psikologis yang sama, para aktor dan penonton pada pertunjukan ini pun lebih mudah menciptakan ruang komunikasi. Betapapun, peristiwa Amarah adalah sebuah luka sejarah bagi mahasiswa Indonesia, khususnya mahasiswa UMI Makassar sendiri, yang telah jadi korban kekerasan sebuah rezim ototriter. Hanya saja, pertunjukan yang sedianya bisa memberi sebuah tontonan yang menghibur sekaligus menggugah malam itu, terasa tidak maksimal lantaran penataan cahaya yang dikemas ala kadarnya. Teater Tangan semestinya tidak berlindung pada dalih bahwa mereka tidak bermain di sebuah panggung yang mampu menyediakan 'lighting' yang baik. Pasalnya, sebuah pertunjukan teater adalah sebuah bentuk refleksi atas kenyataan yang menuntut keutuhan penyajian, termasuk tata cahaya yang baik. Selain pertunjukan teater, Unit Pengembangan Kreativitas Seni Budaya dan Sastra UMI yang menggelar Pagelaran Seni Amarah, malam itu juga menyajikan pertunjukan musik, tari dan pembacaan puisi. Keseluruhan pertunjukan yang digelar itu mengusung tema seputar peristiwa Amarah. Sebuah tragedi berdarah di kampus UMI Makassar, yang pada 24 April kemarin, tepat memasuki sembilan tahun. (*) Sumber : Laporan Bakti M Munir

Selengkapnya.....

Kronologis Memar

Kapolri Copot Kapolda Sulawesi Selatan Berita yang benar awal kejadian Berita mengenai UMI yang benar,para mahasiswa sebenarnya demo menentang aksi kekerasan Polisi terhadap pendukung Baasyir dan kecaman terhadap RMS dimana Polisi sangat lembek,....berikut berita lengkapnya Polisi Bentrok Mahasiswa MAKASSAR -- Aksi unjukrasa yang dilakukan mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar soal kasus Abubakar Ba'asyir dan konflik Ambon, termasuk mempersoalkan sejumlah mahasiswa yang ditahan polisi ketika demonstrasi di kantor KPU Sulsel, berbuntut bentroknya mahasiswa dengan aparat kepolisian, Sabtu (1/5) kemarin. Aksi unjukrasa yang dilakukan mahasiswa UMI tersebut, awalnya berlangsung aman. Mahasiswa hanya membakar ban di tengah jalan di Jl Urip Sumoharjo tersebut. Di samping itu, juga melakukan orasi yang mengecam aparat tentang penanganan pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Abubakar Ba'asyir. Di samping itu, penanganan kasus konflik Ambon, mahasiswa juga menilai aparat keamanan terlalu lemah dalam melakukan tindakan. Sebab, menurut para mahasiswa dalam orasinya, konflik di Ambon bukanlah konflik bernuansa suku, ras, dan antargolongan (SARA) melainkan konflik yang dimotori separatis gerakan Republik Maluku Selatan (RMS).

Persoalan lainnya, mahasiswa menyoroti penahanan sejumlah mahasiswa ketika melakukan aksi unjukrasa di KPU Sulsel. Para mahasiswa menilai tindakan aparat tersebut terlalu berlebihan. Sayangnya, unjukrasa mahasiswa yang memacetkan jalan, termasuk adanya penutupan jalan, membuat aparat sibuk untuk mengatur arus lalu lintas. Puncaknya, terjadi keributan antara aparat dan mahasiswa. Waktu itu, seorang anggota Perintis Polwiltabes Makassar Brigadir Polisi Satu (Briptu) Sudirman yang melintas di jalan Urip, tiba-tiba disandera mahasiswa dan dibawa ke bagian belakang Fakultas Teknologi Industri Kampus UMI. Aparat sendiri, setelah mendapat informasi adanya anggotanya yang disandera, segera menghubungi Pembantu Rektor III UMI, Ir H Lambang Basri S, agar mencari anggota polisi yang disandera. Di tengah upaya pencarian itu, mahasiswa lalu melakukan protes, termasuk berusaha menghalau petugas yang bermaksud masuk kampus UMI. Akibatnya, aparat terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan ke udara. Namun, tembakan peringatan tersebut, justru membuat mahasiswa semakin nekat menghadapi polisi, sehingga terjadilah aksi saling lempar. Akibat bentrok aparat dengan mahasiswa, setidaknya ada tiga mahasiswa menjadi korban luka parah dan dilarikan ke rumah sakit. Korban yang luka parah yakni Syaiful mahasiswa Fakultas Teknik sipil angkatan 1997, luka kena tembakan polisi di paha kiri, Polo Padang mahasiswa Fakultas Hukum, luka di bagian kepala, Yasin Baharuddin mahasiswa Fakultas Teknik Mesin, luka di bagian kepala kena popor senjata yang dilakukan oleh polisi. Ketiga-tiganya sedang dalam perawatan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Ibnu Sina UMI. Sementara korban luka lainnya dari pihak mahasiswa yang sementara ditahan di Polresta Makassar Timur terdapat 43 orang, termasuk dua orang dosen Fakultas Teknik Mesin UMI, Ir. Amrullah, MT dan Ir. Ardi ikut diproses di Polresta Makassar Timur, tetapi kedua-duanya sudah dilepaskan pihak kepolisian sore kemarin Sabtu (1/5). Sementara itu, atas bentrok tersebut, Kapolwiltabes Makassar Kombes Pol Drs H Yose Rizal Effendy, yang ditemui di lokasi, menyebutkan, kita tidak melarang mahasiswa unjukrasa tetapi kita justru menghindari bentrok dengan masyarakat, sehingga polisi menutup jalan sehingga mereka bebas unjukrasa, kita tutup jalan pun kelompok mahasiswa tidak menerima karena tidak ada yang nonton aksinya. Sedangkan Pembantu Rektor III UMI, Ir Lambang Basri S, yang ikut ditemui di lokasi kejadian, menjelaskan bahwa kejadian ini sangat disesalkan, apalagi membuat jatuh korban luka parah dari pihak mahasiswa. Ir. Lambang yang juga ikut jadi korban lemparan batu dari aparat kepolisian dan mahasiswa, karena berusaha menghalau bentrokan massa, mengatakan tindakan aparat kepolisian sudah menyimpang dan seharusnya untuk menghadapi mahasiswa, pihak kepolisian tidak mengutus prajurit di lini terdepan karena dinilai sangat emosional dalam bertindak, sehingga peluang bentrok sangat besar. Di lain pihak Ketua BEM Fakultas Teknologi Industri (FTI) Muhammad Nur, yang dihubungi lewat telepon, menyesalkan tindakan aparat kepolisian yang merangsek masuk kampus UMI dan menggelandang mahasiswa sambil dipukuli dengan kayu dan popor senjata polisi, padahal mahasiswa, ada yang sementara praktikum, kuliah dan sedang diskusi di halaman Fakultas Teknologi Industri

Selengkapnya.....

Seroja di persimpangan

Mestikah Membiarkan Korban Lain Berjatuhan? Film Seroja, Kisah Nyata tentang Kekerasan terhadap Perempuan Seroja adalah potret segelintir perempuan yang bernasib buntung.Sayang, pemerintah terlalu panjang berpikir untuk membuat regulasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan. Laporan Alief Sappewali SEPASANG betis putih mulus tampak saling bergesekan pelan. Pada kedua kakinya ada sepasang sandal galang hak tinggi. Perlahan-lahan, sandal di kaki kiri itu dilepas. Disusul sandal di kaki kanan. Kedua kaki dari betis mulus itu kini menyentuh lantai marmer yang berwarna putih bersih. Sejurus kemudian, kamera perlahan-lahan diarahkan ke bagian atas betis itu. Tampaklah seorang gadis berambut panjang. Kulitnya putih bersih. Roknya pendek sebatas lutut dipadu baju berwarna gelap. Rapi. Di wajahnya, tepatnya di dekat hidung terdapat dua tahi lalat. Gadis itu adalah Seroja (diperankan Wiwin Pradita/mahasiswi Stikom Fajar). Dia sedang berada di salah satu kamar sebuah hotel di Makassar untuk melayani seorang lelaki hidung belang, Budiman (Mamat Mariamang/mahasiswa UMI). Seroja tampak menggoda Budiman dengan berlenggak-lenggok mempertontonkan tubuh sensualnya. Tetapi, Budiman, lelaki berkacamata yang bekerja sebagai dosen pada salah satu perguruan tinggi di Makassar itu hanya menatap Seroja dengan dingin. Mulutnya seolah terkunci. Seroja lalu membakar sebatang rokok, lalu mengisapnya dalam-dalam. "Tunggu apalagi Mas?" katanya memancing Budiman. Begitulah prolog sebuah film indie berjudul Seroja yang diproduksi Lembaga Edukasi Multikultur dan Penerbitan Alternatif (Lempa) bekerja sama UKM Seni Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Film ini diprakarsai Lembaga Bantuan Hukum dan Pemberdayaan Perempuan Indonesia (LBH-P2i) bersama CORDAID, lembaga donor asal Belanda.

Film ini diproduksi dalam rangka Acceleration Removement and Women Empowerment Project in South Sulawesi. Penayangan perdana film berlangsung di sekretariat UKM Seni UMI, Senin 17 Desember. Film berdurasi 50 menit itu mendapat perhatian besar dari kalangan mahasiswa, khususnya perempuan. Dalam adegan film yang disutradarai Syamsuddin Simmau itu, Budiman bukannya tergiur dengan kemolekan tubuh Seroja. Dia malah tiba-tiba merasa iba. Apalagi, saat Seroja mengungkap awal kisah dirinya terjebak dalam dunia hitam. Kehancuran hidupnya bermula ketika diperkosa majikannya. Saat itu dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. "Film ini diangkat dari sebuah kisah nyata. Korbannya sekarang ada di Makassar. Dia kini menderita HIV/AIDS. Film ini diawali dengan sebuah penelitian mendalam. Kami ingin mengatakan bahwa kehadiran PSK sebenarnya bukan atas kemauan mereka. Banyak faktor yang menjadi pemicunya," kata Syamsuddin yang didampingi asisten sutradara Ibrahim. Film yang digarap sekira enam bulan ini adalah bagian dari kampanye antikekerasan terhadap perempuan. Data LBH-P2i menunjukkan, sedikitnya 127 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan ke lembaga itu hingga pertengahan Desember 2007. Kasus yang tidak dilaporkan diperkirakan lebih besar lagi. Direktur LBH-P2i Yuliani Harys mengatakan, 127 kasus kekerasan tersebut meliputi kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran. "Kekerasan ini harus segera dihentikan. Kami berharap film ini bisa menggugah kesadaran kita, khususnya kaum lelaki," imbuh Elyas Joseph, ketua Yayasan LBH-P2i. Dari segi kualitas, film ini memang tidak bisa dibandingkan dengan karya sineas papan atas Indonesia. Peralatan yang digunakan sangat terbatas alias apa adanya. Penggunaan satu unit kamera saja, jelas tidak cukup sehingga film ini terkesan monoton. Pemutaran perdana juga mengecewakan akibat kendala teknis. Terlepas dari kekurangan itu, film ini patut diacungi jempol. Paling tidak, Lempa dan UKM Seni UMI telah berhasil memvisualisasikan sebuah kisah nyata yang diderita segelintir perempuan Indonesia. Lagu berjudul "Seroja di Persimpangan" yang menjadi soundtrack film ini juga patut diacungi jempol. Lagu ini khusus diciptakan untuk Film Seroja dengan nada lirih. Lirik lirih "Seroja di Persimpangan" juga seolah mengetuk nurani Pemprov Sulsel dan Pansus Ranperda Trafficking Perempuan dan Anak DPRD Sulsel. Sudah berbulan-bulan ranperda itu dibahas. Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda bakal disahkan dan diberlakukan. Mestikah kita membiarkan lebih banyak lagi korban berjatuhan?(*) http://www.fajar.co.id

Selengkapnya.....

Design by Dzelque Blogger Templates 2007-2008